Baku Tembak di Papua Berlanjut, Polri akan Tambah Pasukan
2021.09.28
Jayapura

Personel keamanan di Distrik Kiwirok, Papua, akan ditambah menyusul kontak tembak yang menewaskan seorang anggota Brigade Mobil (Brimob) akhir pekan kemarin, menjadikannya petugas keamanan kedua yang tewas di sana dalam bulan ini, kata juru bicara kepolisian Selasa.
Bharatu Muhammad Kurniadi tewas pada hari Minggu pagi dalam kontak senjata antara aparat keamanan dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), kata Kapolres Pegunungan Bintang AKBP Cahyo Sukarnito.
“Rencananya akan ada penambahan jumlah personel keamanan di Kiwirok," kata Kepala Operasi Nemangkawi, Brigjen Ramdani Hidayat kepada BenarNews.
Ramdani tidak menyebutkan berapa jumlah pasukan yang akan dikirim ke Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, dan mengatakan detailnya masih dalam tahap kordinasi. Ia juga tidak menyatakan jumlah personil keamanan saat ini di distrik tersebut.
Baku tembak di Kiwirok sudah beberapa kali terjadi dalam tiga minggu belakangan ini. Sebelumnya satu anggota TNI yang diidentifikasi sebagai Ida Bagus Putu S tewas di tangan gerilyawan TPNPB pekan lalu.
Ketegangan di Kiwirok masih berlangsung sejak penyerangan dan pembakaran sejumlah fasilitas publik yang diduga dilakukan oleh kelompok separatis bersenjata pada pertengahan September dan mengakibatkan seorang perawat di Puskesmas Kiwirok, Gabriella Meilani (22) tewas.
Aparat mengatakan sejumlah tenaga kesehatan melarikan diri dari serangan kelompok separatis dan beberapa melompat ke jurang, termasuk Gabriella yang ditemukan tewas.
Kekerasan ini menyebabkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Papua memutuskan untuk menghentikan layanan sementara di Pegunungan Bintang hingga ada jaminan kesehatan dari pemerintah setempat.
Kapolres Pegunungan Bintang Cahyo Sukarnito mengatakan, kontak senjata yang menewaskan Kurniadi Minggu terjadi sekitar pukul 05.15 WITA dan berawal dari tembakan yang mengarah ke Polsek Kiwirok.
Peluru mengenai arteri ketiak kanan Kurniadi dan meskipun upaya medis sudah dilakukan, nyawanya tidak bisa diselamatkan, kata Cahyo.
Lamek Taplo, Komandan TPNPB Kodap XV Ngalum Kupel yang beroperasi di sekitar Kabupaten Pegunungan Bintang mengakui pihaknya telah menembak mati anggota TNI pada hari Minggu pagi.
“Pokoknya satu orang kami sudah tembak mati dan sekitar dua orang luka-luka. Kalau mereka (TNI) bilang satu orang yang mati, itu urusan mereka,” kata Taplo kepada BenarNews.
Selasa siang, dua anggota kepolisian terluka dalam kontak tembak di Kiwirok antara pasukan keamanan gabungan dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) pimpinan Lamek Taplo, menurut laporan internal polisi yang dilihat wartawan.
Korban luka diidentifikasi sebagai Iptu Budi Basra dan Bharatu Yakob Tumboy namun keduanya belum bisa dievakuasi dari Kiwirok karena helikopter yang akan mengevakuasi mereka ditembaki oleh TPNPB sehingga pesawat harus kembali ke Oksibil, kata laporan itu.
Kabidhumas Polda Papua, Kombespol Ahmad Kamal tidak bisa dihubungi untuk dimintakan konfirmasi tentang laporan itu.
Petugas kesehatan akan dimintai keterangan
Gerald Sokoy, tenaga kesehatan yang sempat hilang setelah penyerangan Puskesmas di Kiwirok pada 13 September, telah kembali ke keluarganya di Sentani, Jayapura, kata Emanuel Gobay, Direktur LBH Papua.
Gerald diserahkan oleh Bupati Pegunungan Bintang Spei Yan Bidana kepada keluarganya pada hari Sabtu.
Gerald mengaku saat peristiwa penyerangan itu dia lari ke jurang untuk bersembuyi di sungai, kata Gobay.
Setelah situasi agak tenang dia meninggalkan sungai dan bertemu dengan seorang warga yang kemudian menolong dia dan mengizinkan dia beristirahat di rumahnya sebelum dia pulang ke Jayapura untuk melihat ibunya yang sakit, tambah Gobay.
Setibanya di Jayapura, keluarga Gerald meminta LBH Papua untuk mendampinginya karena keluarga yakin dia akan menjalani pemeriksaan aparat keamanan atau pihak-pihak lain.
“Benar. Kami dengar polisi akan memanggil Gerald untuk diperiksa berkaitan dengan peristiwa pembakaran sejumlah fasilitas umum di Kiwirok,” kata Gobay.
Gobay mengatakan dia berharap proses pemanggilan Gerald menggunakan pendekatan Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan jika kliennya dimintai keterangan sebagai saksi, harus ada surat panggilan agar pihaknya kita bisa memastikan kondisi psikologis Gerald karena dia adalah korban.
“Kami telah mengajukan permohonan perlindungan untuk Gerald Sokoy kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban atau LPSK,” kata Gobay.
Direktur Reserse dan Kriminal Umum Polda Papua, Kombes Faizal Rahmadani membenarkan bahwa Gerald akan dimintai keterangan bersama empat tenaga kesehatan Puskesmas Kiwirok sebagai saksi penyerangan oleh kelompok bersenjata.
Anggota TNI yang membelot ke TPNPB meninggal di RS
Sefnat Soll, mantan anggota TNI AD yang ditangkap polisi pada awal September, meninggal dunia di RS Bhayangkara, Jayapura pada Minggu karena kehabisan darah setelah kakinya yang terluka akibat tembakan aparat keamanan diamputasi, kata Kabid Dokkes Polda Papua, Kombes dr Nariyana.
“Sebelum dilakukan amputasi, kita perbaiki keadaan tubuhnya, kita kasih tranfusi darah. Pada 18 September 2021 dilakukan amputasi,” kata Nariyana.
Setelah diamputasi, kondisi Sefnat malah menurun dan nyawanya tidak tertolong walau sempat dilakukan transfusi darah.
Sefnat dipecat dari TNI pada tahun 2019 sesuai Putusan Mahkamah Militer III Jayapura terkait jual beli amunisi dan senjata api di Kabupaten Mimika.